Apa Itu Tanah Jarang?
Tanah jarang (rare earth elements) adalah kumpulan 17 unsur kimia dalam tabel periodik, yang termasuk dalam golongan lantanida, plus skandium dan itrium. Mereka bukan benar-benar "langka" dalam hal keberadaan, tapi jarang ditemukan dalam konsentrasi tinggi yang mudah ditambang secara ekonomis. Akibatnya, pemrosesan dan ekstraksinya rumit serta mahal.
Unsur seperti neodimium, dysprosium, dan lantanum adalah bahan utama untuk magnet kuat, baterai mobil listrik, layar LED, hingga sistem radar dan satelit militer.
Dari Tambang ke Konflik Global
Tanah jarang menjadi sorotan dunia ketika ketergantungan global pada Tiongkok semakin terlihat. Sekitar 60–70% produksi dan hampir 90% pemurnian tanah jarang dunia dikuasai oleh Tiongkok. Ketika terjadi p3rang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok pada era Donald Trump, salah satu senjata yang diam-diam mulai diperhitungkan adalah kemungkinan embargo tanah jarang.
Dalam percakapan diplomatik tingkat tinggi, seperti antara Trump dan Xi Jinping, isu ini kerap muncul—karena siapa yang mengontrol tanah jarang, pada dasarnya mengontrol masa depan teknologi global.
Tanah Jarang dan Ketergantungan Global
Amerika Serikat dan negara-negara Barat mengalami ketergantungan berat pada pasokan tanah jarang dari Tiongkok. Bukan hanya untuk keperluan sipil seperti mobil listrik dan smartphone, tapi juga untuk industri militer dan luar angkasa. Jika pasokan terhenti, efeknya bisa melumpuhkan rantai produksi global.
Ironisnya, di banyak negara maju, ada cadangan tanah jarang, tapi karena masalah lingkungan, biaya produksi tinggi, dan teknologi ekstraksi yang rumit, mereka tetap memilih mengimpor dari Tiongkok.
Masa Depan: Teknologi, Lingkungan, dan Kedaulatan
Pertanyaan besar ke depan bukan hanya tentang siapa yang memiliki tanah jarang, tetapi juga:
Siapa yang bisa menambangnya secara berkelanjutan?
Bisakah dunia menciptakan alternatif bahan baku?
Apa konsekuensi moral dan lingkungan dari eksploitasi tambang tanah jarang?
Dalam situasi ini, tanah jarang menjadi lebih dari sekadar mineral—ia menjadi lambang pertarungan antara efisiensi teknologi dan kedaulatan nasional.
Penutup
Tanah jarang memberi kita pelajaran penting: bahwa sumber daya tak selalu terlihat mencolok, tapi pengaruhnya bisa mengubah arah dunia. Di era digital dan transisi energi hijau, tanah jarang bukan hanya urusan ilmuwan dan insinyur, tetapi juga agenda strategis para kepala negara.

Tidak ada komentar: