Apa Itu Bibliomania?
Dalam dunia para pecinta buku, ada satu istilah yang mulai sering dibicarakan: bibliomania. Ini bukan sekadar hobi mengoleksi buku, tetapi dorongan kuat atau bahkan obsesif untuk terus membeli dan menimbun buku, sering kali tanpa dibaca.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani: biblio (buku), mania (kegilaan atau dorongan tak terkendali).
Banyak yang merasa senang hanya dengan memiliki buku, mencium aromanya, menyentuh sampulnya, atau menatanya rapi di rak, meski buku itu tetap tersegel plastik selama bertahun-tahun.
Ketika Membaca Menjadi Balas Dendam Emosional
Banyak bibliomania muncul bukan tanpa sebab. Salah satu kisah yang banyak diceritakan (dan juga saya alami sendiri) adalah pengalaman masa kecil yang sulit mengakses buku—karena tinggal di kampung, tidak ada toko buku, atau keterbatasan ekonomi.
Kini ketika sudah punya penghasilan, kita “membalas” kekurangan itu dengan membeli buku sebanyak-banyaknya. Tapi sayangnya, waktu dan energi membaca justru semakin sedikit. Akibatnya, tumpukan buku bertambah, tapi yang terbaca tak kunjung bertambah.
Ciri-ciri Bibliomania yang Umum Dialami Pecinta Buku:
1. Lebih semangat membeli daripada membaca
2. Buku-buku baru tetap tersegel atau belum dibuka
3. Merasa bersalah tapi tetap terus membeli buku baru
4. Memiliki keinginan koleksi buku langka, edisi tertentu, atau bertema spesifik
7 Cara Mengelola Bibliomania Agar Tetap Sehat dan Produktif
Agar cinta buku tetap bermakna dan tidak menjadi beban batin (atau beban rak), berikut tips praktis yang bisa diterapkan:
1. Bangun Kebiasaan Baca Harian
Mulai dengan 15–20 menit per hari. Jangan targetkan halaman, tapi konsistensi. Lebih baik sedikit tapi rutin daripada menunggu waktu luang yang tak kunjung datang.
2. Susun “Antrean Baca” Maksimal 3 Buku
Pilih 2–3 buku yang benar-benar ingin Anda baca dalam waktu dekat. Letakkan di tempat mudah dijangkau, bukan di rak belakang. Jangan tergoda untuk membuka buku lain sebelum yang ini selesai.
3. Gunakan Blog atau Catatan Pribadi
Setiap selesai satu bab, tuliskan kesan, kutipan, atau opini. Ini melatih Anda menyerap dan memaknai isi buku, bukan sekadar membacanya sekilas.
4. Bagi Bacaan Berdasarkan Waktu
Buku berat (filsafat, sejarah) bisa dibaca di akhir pekan. Buku ringan (novel, esai) cocok untuk dibaca saat perjalanan atau istirahat kerja.
5. Tantang Diri Sendiri
Ikuti atau buat tantangan baca: 1 buku per bulan, 30 hari membaca, atau 15 menit tiap pagi. Bagikan progres ke teman pembaca lain untuk menjaga semangat.
6. Kurangi Impuls Beli, Tambah Impuls Baca
Terapkan aturan: baca dulu 1 buku sebelum beli yang baru. Atau tulis dulu review sebelum checkout buku wishlist.
7. Ingat Kembali Alasan Anda Mencintai Buku
Tulis kutipan atau motivasi pribadi yang menyentuh. Misalnya: “Aku membaca karena dulu aku tak bisa.” Letakkan di dekat rak sebagai pengingat tujuan awal Anda.
Dari Koleksi ke Refleksi
Bibliomania bukan masalah jika kita mampu mengelolanya dengan bijak. Justru, dari kecintaan itu bisa lahir banyak karya dan refleksi diri. Blog, komunitas buku, catatan harian, semua bisa menjadi wadah menyalurkan cinta buku menjadi manfaat.
Jika Anda termasuk yang mengoleksi lebih cepat daripada membaca, jangan berkecil hati. Anda tidak sendiri. Yang penting adalah melangkah pelan-pelan kembali ke inti: membaca untuk hidup, bukan sekadar memiliki.
Penutup
Fenomena bibliomania banyak dialami oleh para pecinta buku di seluruh dunia. Dengan sedikit kesadaran dan strategi, tumpukan buku bukan lagi beban, tapi harta intelektual yang benar-benar hidup bersama kita.

Tidak ada komentar: