Sony dan Masa Keemasan Elektronik Konsumen
Bagi banyak orang, menyebut nama Sony membawa nostalgia: suara jernih dari Walkman, TV Bravia dengan gambar tajam, hingga Xperia yang pernah jadi idola. Sony dikenal karena daya tahan, kualitas suara yang khas, dan inovasi yang selalu di depan zamannya. Tak heran, merek ini memiliki tempat khusus di hati para pencinta teknologi—termasuk saya sendiri.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, produk Sony mulai terasa "menghilang" dari peredaran sehari-hari. Jarang terlihat di etalase toko elektronik, apalagi di iklan-iklan e-commerce. Lalu ke mana sebenarnya Sony sekarang?
Sony Tak Hilang, Hanya Berubah Strategi
Yang menarik, Sony tidak pernah benar-benar menghilang. Mereka hanya mengubah arah bisnisnya. Dulu Sony sangat aktif di pasar massal, tapi kini lebih fokus pada:
Produk premium (headphone WH-1000XM, TV OLED, kamera Alpha).
Segmen profesional (kamera untuk kreator konten dan film).
Komponen teknologi (sensor kamera smartphone flagship).
Industri hiburan (PlayStation, Sony Music, dan Sony Pictures).
Alih-alih bersaing dalam perang harga seperti brand Tiongkok atau Korea, Sony kini memilih posisi eksklusif: menyasar pengguna yang tahu kualitas dan bersedia membayar untuk itu.
Mengapa Produk Sony Sekarang Jarang Terdengar?
Ada beberapa alasan utama:
1. Persaingan yang Sangat Ketat
Brand seperti Samsung, Apple, Xiaomi, hingga JBL sangat agresif dalam pemasaran dan promosi. Sony tetap konsisten dalam kualitas, tetapi kurang vokal dalam "menjual diri".
2. Fokus Regional
Produk seperti ponsel Sony Xperia masih eksis, tapi penjualannya fokus di Jepang dan Eropa. Di Indonesia dan Asia Tenggara, distribusinya sangat terbatas, sehingga terasa seperti "menghilang".
3. Minim Pemasaran Agresif
Sony tidak membanjiri media sosial, TikTok, atau iklan digital seperti kompetitornya. Mereka lebih mengandalkan reputasi dan komunitas loyal.
4. Tren Konsumen yang Berubah
Konsumen kini lebih pragmatis: memilih harga bersahabat dan fitur instan daripada teknologi murni. Ini membuat produk Sony terasa “mahal” dan tidak langsung menarik bagi pasar umum.
Sony Tetap Inovatif: Hanya untuk Mereka yang Tahu
Sony masih jadi pemimpin di balik layar teknologi dunia:
Sensor Sony digunakan di kamera iPhone, Samsung, dan hampir semua flagship.
Kamera Sony Alpha jadi andalan YouTuber, sinematografer, hingga jurnalis.
Headphone dan speaker Sony tetap menjadi standar kualitas audio.
Konsol PlayStation masih mendominasi industri game global.
Hanya saja, karena tidak semua ini tampil di etalase publik, banyak orang tidak menyadari betapa vitalnya peran Sony saat ini.
Dari Raja Konsumen ke Spesialis Premium
Sebagai pecinta Sony, saya merasa bangga sekaligus sedikit sedih. Bangga karena Sony tetap inovatif, konsisten, dan tidak tunduk pada tren sesaat. Tapi juga sedih karena makin sedikit orang yang benar-benar mengenal kualitas mereka.
Sony bukan lagi raja pusat perbelanjaan atau primadona toko daring. Mereka adalah spesialis teknologi yang bekerja dalam diam, menyasar mereka yang benar-benar mengerti nilai di balik kualitas.
Kesimpulan
Produk Sony mungkin terasa jarang terdengar sekarang, tapi bukan karena mereka kalah—melainkan karena mereka memilih jalur berbeda. Sony tidak sekadar mengikuti tren, tapi tetap teguh pada kualitas, inovasi, dan segmen yang menghargai keduanya.
Bagi kita yang masih mencintai produk Sony, mungkin ini saatnya berbagi pengalaman dan mengenalkan kembali apa arti "kualitas sejati" dalam dunia elektronik.

Tidak ada komentar: