Pendahuluan: Superman yang Menempati Tubuh Manusia
Sering kali kita melihat pendeta atau pemimpin rohani sebagai sosok yang kuat dan penuh kebijaksanaan. Mereka seperti Superman yang seolah mampu menolong semua orang, menenangkan jemaat yang berduka, dan memberi harapan di tengah badai kehidupan. Namun, di balik semua itu, ada realitas yang sering terlupakan, bahwa Superman itu tetaplah menempati tubuh manusia biasa.
Seorang pendeta memang memikul tanggung jawab besar untuk menggembalakan umat. Ia diharapkan selalu sabar, bijak, dan kuat menghadapi segala situasi. Tapi siapa yang menggembalakan sang gembala? Siapa yang mendengarkan ketika ia sendiri ingin menangis atau bercerita?
Pendeta Juga Bisa Lelah
Beban pelayanan bisa sangat berat.
Pendeta harus mendengarkan banyak keluh kesah jemaat, menangani konflik internal, memimpin ibadah, menyusun khotbah, dan tetap menjaga wibawa di hadapan semua orang. Dalam tekanan seperti itu, kelelahan emosional dan spiritual bisa menjadi hal yang nyata, walau sering disembunyikan.
Masalah muncul ketika tidak ada ruang bagi pendeta untuk menyalurkan beban batinnya.
Kelelahan yang menumpuk tanpa ventilasi akan berubah menjadi stres, frustrasi, bahkan depresi. Tak jarang, keluargalah yang akhirnya menanggung akibatnya, menerima sisi letih dan emosional dari sang pelayan Tuhan.
Kebutuhan Ruang Aman untuk Berbagi
Pendeta, sama seperti manusia lainnya, butuh tempat aman untuk bercerita.
Sayangnya, banyak yang tidak memiliki ruang itu.
Ia tidak bisa terlalu terbuka kepada jemaat karena khawatir kehilangan kepercayaan, dan tidak selalu bisa jujur kepada keluarganya karena takut membebani. Akibatnya, semua pergumulan batin disimpan sendirian, sampai akhirnya menjadi beban yang menekan dari dalam.
Ruang aman itu bisa berbentuk komunitas kecil antarpemimpin rohani yang saling mendengarkan tanpa menghakimi. Bisa juga berupa hubungan pribadi dengan seorang mentor atau sahabat rohani yang dapat dipercaya.
Di tempat seperti inilah seorang pendeta bisa berkata jujur:
“Saya sedang lelah.”
“Saya bingung harus bagaimana.”
“Saya juga manusia.”
Dan justru dari kejujuran seperti itulah pemulihan sejati dimulai.
Ketika Kejujuran Menjadi Terapi Rohani
Keterbukaan tidak membuat seorang pendeta kehilangan wibawa. Sebaliknya, itu menegaskan sisi manusiawinya yang apa adanya di hadapan Tuhan dan sesama.
Kejujuran spiritual seperti ini mengembalikan keseimbangan antara peran dan pribadi, bahwa melayani tidak berarti harus selalu kuat, melainkan berani mengakui kelemahan agar Tuhan bekerja melalui ketidaksempurnaan itu.
Dalam banyak gereja atau lembaga, sudah mulai muncul inisiatif membangun kelompok pendeta atau pertemuan rutin yang tidak hanya membahas program, tetapi juga membuka ruang berbagi hati. Bila ini dijalankan dengan tulus dan rahasia, maka akan menjadi wadah yang menyembuhkan, bukan sekadar formalitas.
Pemimpin Lembaga dan Realitas yang Sama
Bukan hanya pendeta yang menghadapi dilema ini. Banyak pemimpin lembaga, baik rohani maupun sosial, juga mengalami kesepian di puncak tanggung jawabnya. Mereka mendengar semua keluhan bawahannya, tapi tak punya siapa pun yang mau mendengar keluhannya.
Kata-kata seperti “Saya tidak punya tempat untuk berkeluh kesah” menggambarkan kesunyian emosional yang dalam. Padahal, justru di posisi seperti itulah kebutuhan untuk didengar menjadi paling penting.
Pemimpin yang tidak punya tempat berbagi sering kehilangan kejernihan hati, dan tanpa sadar menjadi keras, bukan karena jahat, tetapi karena terluka dan tidak punya saluran untuk memulihkan diri.
Penutup: Saat Superman Perlu Duduk dan Menangis
Tidak ada manusia yang bisa terus-terusan kuat tanpa henti.
Pendeta pun butuh tempat untuk duduk sejenak, menanggalkan jubahnya, dan beristirahat dari peran yang berat. Karena hanya dengan menerima kelemahan dan kelelahan, ia bisa menemukan kembali kekuatan yang sejati.
Gereja dan jemaat perlu belajar untuk tidak hanya mengagumi pendetanya, tetapi juga menjaga dan mengasihi mereka sebagai manusia yang sedang menjalani panggilan hidup yang berat.
Ketika seorang pendeta memiliki ruang aman untuk bercerita, ia tidak hanya disembuhkan, tapi juga diperlengkapi untuk menyembuhkan banyak orang lainnya dengan hati yang lebih lembut dan jujur.
Reviewed by Admin Brinovmarinav
on
09.45
Rating:

Tidak ada komentar: