<!-- SEO Blogger Start --> <meta content='text/html; charset=UTF-8' http-equiv='Content-Type'/> <meta content='blogger' name='generator'/> <link href='https://www.makkellar.com/favicon.ico' rel='icon' type='image/x-icon'/> <link href='https://www.makkellar.com/2021/08/pengalaman-buruk-dengan-e-commerce.html' rel='canonical'/> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - Atom" href="https://www.makkellar.com/feeds/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/rss+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - RSS" href="https://www.makkellar.com/feeds/posts/default?alt=rss" /> <link rel="service.post" type="application/atom+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - Atom" href="https://www.blogger.com/feeds/2646944499045113697/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - Atom" href="https://www.makkellar.com/feeds/5914661796059643647/comments/default" /> <!--Can't find substitution for tag [blog.ieCssRetrofitLinks]--> <link href='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_vZD7b5Nn_CY646kCukbTVFsXdpLtx6k8AxaTOVstob8Hqm9yUNvVUtO1Ra67sCFeulaWNXRzjpsHYtswnVXYJGaPsGJ2L9I5atOqxSwLw-qf7pUF4DQyHNgGzXRq2ICM7k4TzVR6jpA/s320/8348072688_4d55d74495_w%25281%2529.jpg' rel='image_src'/> <meta content='https://www.makkellar.com/2021/08/pengalaman-buruk-dengan-e-commerce.html' property='og:url'/> <meta content='Pengalaman Buruk dengan E-commerce' property='og:title'/> <meta content='Segudang tips dan trik Menyelesaikan Masalah jadi lebih mudah' property='og:description'/> <meta content='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_vZD7b5Nn_CY646kCukbTVFsXdpLtx6k8AxaTOVstob8Hqm9yUNvVUtO1Ra67sCFeulaWNXRzjpsHYtswnVXYJGaPsGJ2L9I5atOqxSwLw-qf7pUF4DQyHNgGzXRq2ICM7k4TzVR6jpA/w1200-h630-p-k-no-nu/8348072688_4d55d74495_w%25281%2529.jpg' property='og:image'/> <!-- Title --> <title>Pengalaman Buruk dengan E-commerce - Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera Pengalaman Buruk dengan E-commerce - Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera

Pengalaman Buruk dengan E-commerce


Jengkel bukan main dengan pengalaman saya melakukan belanja online di sebuah toko online terkenal ini. Penyebabnya adalah, ketika saya ingin mencari sebuah DAP (digital audio player) yang second tapi merk terkenal. Setelah mengetik di kolom pencarian di toko online tersebut muncul beberapa pilihan menarik. Sebuah DAP yang kalau harga baru sekitar 1,8 juta tapi karena ini second atau bekas pakai, barang yang terpampang seharga 750 ribu. Karena ini barang second yang langka tentu barangnya hanya satu. Tapi sebelumnya saya mencoba untuk menghubungi penjual lewat chat internal toko online tersebut. Tapi ternyata tidak ada balasan sama sekali dari penjual.

Barang memang terpampang dengan keterangan lengkap dan detail. Bahkan foto dipampang beberapa di tokonya atau di pelapaknya tersebut. Tapi tampaknya barang yang dijual itu tidak jelas ada apa tidak. Memang, bisa terjadi dan beberapa alasan ini bisa menjadi penyebabnya, yaitu:
  • Barang yang sama yaitu satu barang dijual di beberapa e-commerce. Mungkin ingin cepat laku
  • Barang dijual secara offline dan mungkin ada pembeli yang membelinya
  • Penjual berubah pikiran, ternyata barang yang sudah dipajang itu tidak jadi dijual karena masih sayang.
Namun apapun alasannya, sikap toko atau penjual seperti itu terus terang merugikan pembeli seperti saya. Mengapa? Karena ketika saya akhirnya melakukan pembayaran dengan pikiran, jangan-jangan nanti akan diambil oleh orang lain sehingga barang yang berkualitas dan murah itu tidak jadi menjadi milik saya. Setelah saya melakukan pembayaran, dan kembali saya menghubungi penjual, tampaknya penjual diam seribu bahasa, atau sudah melupakan toko online yang pernah dibukanya.

Sehari setelah melakukan pembayaran, saya hubungi lagi penjual dengan mengatakan, "Kalau memang barangnya tidak ada, tolong tolak saja pembelian saya, atau saya akan melakukan pembatalan pembelian, dan mohon dikonfirmasi." Tapi, sekali lagi, penjual tidak juga muncul dan melakukan tindakan apapun.

Apa akibat bagi saya? Akibatnya, saya harus menunggu konfirmasi pembatalan sampai batas waktu yang cukup lama yaitu tiga hari. Lama amat. Otomatis saya juga tidak bisa mencari barang lain, karena dana saya tidak bisa kembali ke account saya untuk saya belanjakan barang yang lain.

Pengalaman buruk lainnya di toko online yang sama di e-commerce yang lebih buruk lagi yaitu, ketika membeli sebuah barang, dan tertarik di sebuah pelapak. Saya menghubungi pertama dengan menanyakan ketersediaan barang. Penjual mengatakan, besok akan dicek di toko.

Esok harinya, saya kembali menanyakan, bagaimana ketersediaan barang, apakah memang siap atau tidak? Penjual mengatakan, ready. Begitu jawabannya, dan saya langsung melakukan pembayaran dan saya kasih tahu kepada penjual bahwa saya sudah melakukan transaksi. Namun, rupanya, pembelian saya tidak segera diproses untuk dikirim, tapi masih tetap menunggu konfirmasi dari penjual. 

Hari berikutnya saya kembali menanyakan kepada penjual, kenapa belum diproses? Tiba-tiba saya diberitahu bahwa barangnya habis, dan menawarkan produk serupa tapi beda tipe. Penjual minta supaya nanti melakukan komplain. Tapi saya menjawab, tidak mau, saya mencari barang yang dimaksud. Jadi saya minta kepada pembeli untuk melakukan penolakan saja atas pembelian saya. Penjual bersedia.

Namun, rupanya status pembelian saya masih belum ditolak. Makanya saya melakukan pembatalan dengan alasan barang tidak tersedia. Seperti biasa e-commerce di mana biasa saya berbelanja, mensyaratkan saya harus menunggu konfirmasi penjual supaya dana saya kembali.

Tapi last minute ketika konfirmasi otomatis berlangsung, penjual menghubungi saya dan mengatakan bahwa, barang akan tetap dikirim karena tersedia. Karena saya sudah frustasi, saya bilang, oklah dengan rasa berat. Bukan apa, tapi ribetnya berbelanja online seperti itu bukan hanya menguras pikiran tapi juga menjengkelkan.

Pertanyaan saya kepada e-commerce (saya tidak ingin menyebut), mengapa sistim lebih penting dan bernilai ketimbang deal antara penjual dan pembeli terjadi. Dan pengalaman ini benar-benar menjadi pengalaman buruk dengan e-commerce.


Pengalaman Buruk dengan E-commerce Pengalaman Buruk dengan E-commerce Reviewed by Hati Kita on 15.37 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.