Dalam dunia sosiologi, istilah anomie yang diperkenalkan Émile Durkheim merujuk pada sebuah situasi ketika norma sosial melemah, tidak stabil, atau tidak lagi efektif mengatur perilaku masyarakat. Anomie bukan berarti ketiadaan aturan, tetapi aturan yang ada tidak memiliki kekuatan moral dan tidak mampu memberikan arah yang jelas.
Konsep ini menjadi sangat relevan ketika kita melihat dinamika sosial Indonesia, terutama pada masa krisis besar tahun 1998 dan hingga hari ini, terutama dalam isu serius seperti korupsi yang terus menggerogoti sendi-sendi kehidupan berbangsa.
Anomie dan Pelajaran dari Indonesia 1998
Krisis multidimensi tahun 1998 adalah salah satu contoh paling nyata dari kondisi anomie dalam sejarah sosial Indonesia.
1. Runtuhnya stabilitas ekonomi
Ketika nilai rupiah anjlok, perusahaan bangkrut, jutaan orang kehilangan pekerjaan, norma tentang apa yang “stabil” atau “dipercaya” hilang seketika. Masyarakat mengalami ketidakpastian ekstrem.
2. Perubahan politik yang sangat cepat
Reformasi menandai runtuhnya otoritas lama. Norma sosial-politik yang sebelumnya dikendalikan secara ketat tiba-tiba melemah tanpa adanya pengganti yang jelas.
Di fase transisi itulah terjadi kekosongan pedoman moral dan hukum.
3. Meningkatnya tindakan irasional dan destruktif
Penjarahan, kerusuhan, sentimen etnis, dan kekerasan massa muncul sebagai gejala masyarakat yang kehilangan arah, kehilangan kepercayaan, dan kehilangan kendali.
Inilah manifestasi dari anomie, ketika struktur sosial gagal menenangkan gejolak keinginan dan emosi individu maupun kolektif.
Peristiwa tahun 1998 memberi pelajaran penting:
➡️ Tanpa norma sosial yang kuat, masyarakat rentan mengalami kekacauan moral dan sosial.
➡️ Stabilitas hanya mungkin jika tatanan nilai ditegakkan secara adil dan konsisten.
Karena itu, sangat penting memastikan bahwa kondisi serupa tidak terulang kembali.
Anomie dan Korupsi: Ketika Norma Hilang, Sistem Runtuh
Jika melihat fenomena korupsi di Indonesia—baik yang terjadi sebelum maupun sesudah 1998—kita menemukan pola yang sama: melemahnya norma dan fungsi kontrol sosial.
Durkheim menegaskan bahwa anomie muncul ketika keinginan manusia tidak lagi dibatasi oleh nilai kolektif. Dalam konteks korupsi, hal ini terlihat jelas:
1. Korupsi menjadi kebiasaan yang “dimaklumi”
Di beberapa sektor, korupsi dianggap sebagai praktik yang “lumrah”, “wajar”, atau “bagian dari sistem”.
Norma hukum ada, tetapi tidak efektif.
Norma moral ada, tetapi tidak ditaati.
Inilah inti anomie: aturan kehilangan kekuatan mengatur.
2. Institusi tidak mampu menjaga ketertiban moral
Ketika lembaga hukum, lembaga pemerintahan, atau lembaga pengawasan melemah dalam menjalankan fungsi kontrol, individu tidak lagi merasa wajib mengikuti aturan.
Kepercayaan publik merosot, dan masyarakat mengalami ketidakjelasan arah moral.
3. Keinginan tidak lagi dibatasi oleh nilai bersama
Korupsi sering lahir dari dorongan “ingin lebih”, tanpa batas dan tanpa rem.
Inilah yang Durkheim sebut sebagai ketidakpuasan tanpa akhir—ciri utama anomie.
Bahaya Anomie dalam Sistem Sosial: Korupsi sebagai Gejala
Ketika anomie tidak ditangani, korupsi dapat tumbuh dalam berbagai bentuk:
• Korupsi administratif
• Korupsi politik
• Nepotisme
• Penyalahgunaan jabatan
• Penggelapan dana publik
Dan ini bukan sekadar persoalan uang—tetapi hilangnya arah kolektif dalam tatanan moral bangsa.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, anomie bisa menular:
➡️ Jika orang baik merasa sistem tidak adil, mereka patah harapan.
➡️ Jika pelaku korupsi tidak jera, norma moral runtuh perlahan-lahan.
➡️ Jika masyarakat kehilangan kepercayaan pada institusi, terjadi keterasingan sosial dan apatisme politik.
Semua ini adalah perjalanan diam-diam menuju ketidakstabilan sosial jika tidak ditangani.
Membangun Norma Baru: Mengatasi Anomie dan Mencegah Korupsi
Setiap masyarakat yang pernah mengalami anomie dapat bangkit dengan membangun kembali norma kolektif yang kuat.
Berikut beberapa langkah penting:
1. Penegakan hukum yang konsisten
Hukum tidak boleh menjadi simbol kosong. Ketegasan adalah cara mengembalikan wibawa norma.
2. Pendidikan integritas sejak usia dini
Edukasi tentang kejujuran, tanggung jawab, dan etika publik menciptakan generasi yang lebih kuat menghadapi godaan anomie.
3. Transparansi dalam pemerintahan
Keterbukaan membuat masyarakat kembali percaya dan membantu memperbaiki norma sosial.
4. Keadilan sosial yang merata
Ketimpangan ekstrem memicu anomie. Keadilan membantu masyarakat merasakan bahwa aturan dibuat untuk semua, bukan untuk sebagian.
Penutup: Anomie sebagai Peringatan Moral bagi Bangsa
Istilah anomie bukan sekadar teori sosiologi.
Ia adalah peringatan bahwa masyarakat hanya dapat sehat ketika nilai, norma, dan sistem sosial berjalan secara konsisten. Peristiwa 1998 mengajarkan kita bahwa melemahnya norma bisa menimbulkan gejolak besar.
Fenomena korupsi mengingatkan kita bahwa anomie tidak hanya terjadi dalam kekerasan, tetapi juga dalam diam—melalui hilangnya integritas dan tanggung jawab.
Dengan memahami ini, kita sebagai masyarakat dapat mengambil sikap lebih sadar:
➡️ menjaga nilai
➡️ mendukung keadilan
➡️ membangun norma kolektif yang sehat
➡️ dan memastikan kejadian kelam dalam sejarah tidak terulang lagi.
Reviewed by Admin Brinovmarinav
on
15.25
Rating:

Tidak ada komentar: