<!-- SEO Blogger Start --> <meta content='text/html; charset=UTF-8' http-equiv='Content-Type'/> <meta content='blogger' name='generator'/> <link href='https://www.makkellar.com/favicon.ico' rel='icon' type='image/x-icon'/> <link href='https://www.makkellar.com/2025/07/kesadaran-iklim-dimulai-dari-rumah.html' rel='canonical'/> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - Atom" href="https://www.makkellar.com/feeds/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/rss+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - RSS" href="https://www.makkellar.com/feeds/posts/default?alt=rss" /> <link rel="service.post" type="application/atom+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - Atom" href="https://www.blogger.com/feeds/2646944499045113697/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - Atom" href="https://www.makkellar.com/feeds/4605606349184755430/comments/default" /> <!--Can't find substitution for tag [blog.ieCssRetrofitLinks]--> <link href='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLLQH4vqI846_X8Q2RWouRx-BQxrD2x9PNGPeES7tRBPAdsMmzLRd3j0VMSpebCIKMGtzKrMNrEgxTCUH4R3tRx2UxBVw3kNWn0gWpo3BfwSfmSADg86L-aPtEfFQ50BTvPjvE3dWUyCgsYKBdIs_4dzdLUE0gb068djxiRLPLpOoyYOydMI91J_IPrqM/s320/Pelan%20Tapi%20Pasti%20Menghadapi%20Perubahan%20Iklim.jpg' rel='image_src'/> <meta content='Kesadaran iklim sering muncul saat bencana datang, lalu menghilang. Artikel ini mengajak keluarga memulai kepedulian dari rumah agar perubahan iklim' name='description'/> <meta content='https://www.makkellar.com/2025/07/kesadaran-iklim-dimulai-dari-rumah.html' property='og:url'/> <meta content='Kesadaran Iklim Dimulai dari Rumah: Mengapa Kita Tak Bisa Lagi Menunggu Bencana' property='og:title'/> <meta content='Kesadaran iklim sering muncul saat bencana datang, lalu menghilang. Artikel ini mengajak keluarga memulai kepedulian dari rumah agar perubahan iklim' property='og:description'/> <meta content='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLLQH4vqI846_X8Q2RWouRx-BQxrD2x9PNGPeES7tRBPAdsMmzLRd3j0VMSpebCIKMGtzKrMNrEgxTCUH4R3tRx2UxBVw3kNWn0gWpo3BfwSfmSADg86L-aPtEfFQ50BTvPjvE3dWUyCgsYKBdIs_4dzdLUE0gb068djxiRLPLpOoyYOydMI91J_IPrqM/w1200-h630-p-k-no-nu/Pelan%20Tapi%20Pasti%20Menghadapi%20Perubahan%20Iklim.jpg' property='og:image'/> <!-- Title --> <title> Bukan makelar tapi Menjadi peranta untuk kebaikan bersama Kesadaran Iklim Dimulai dari Rumah: Mengapa Kita Tak Bisa Lagi Menunggu Bencana - Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera Kesadaran Iklim Dimulai dari Rumah: Mengapa Kita Tak Bisa Lagi Menunggu Bencana - Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera

Kesadaran Iklim Dimulai dari Rumah: Mengapa Kita Tak Bisa Lagi Menunggu Bencana

Isu perubahan iklim telah lama digaungkan, namun gaungnya sering hanya terdengar samar, terutama saat cuaca ekstrem dan bencana datang. Setelah itu? Hilang begitu saja, tenggelam di antara rutinitas dan berita harian. Bahkan, banyak dari kita, termasuk saya, yang sempat merasa ini adalah urusan besar yang terlalu jauh untuk disentuh.

Namun, jika kita terus mengabaikan, kita sedang menyerahkan masa depan anak-anak kita pada dunia yang kian rusak. Dan kesadaran ini, sesungguhnya, bisa dimulai dari tempat paling dasar: keluarga dan rumah tangga.

Mengapa Kita Tak Peduli?

Penjelasan perubahan iklim seringkali terlalu abstrak—tentang suhu global naik 1,5°C, emisi karbon, gas rumah kaca, dan istilah ilmiah lainnya. Sulit merasakan urgensi dari sesuatu yang tak terlihat langsung.

Lalu pemerintah pun belum cukup vokal dan konsisten menyuarakan bahaya perubahan iklim dalam program nyata yang menyentuh masyarakat. Akibatnya, masyarakat cenderung mengikuti: tidak peduli karena tidak merasa perlu peduli.

Padahal, perubahan iklim sedang kita alami setiap hari: musim yang tak menentu, banjir mendadak, panas ekstrem, gangguan kesehatan, dan ketahanan pangan yang terganggu. Ini bukan isu global yang jauh di atas sana. Ini tentang dapur kita, anak-anak kita, dan masa depan keluarga kita.

Rumah: Titik Awal Perubahan

Kesadaran kolektif tidak tumbuh dari seminar besar atau konferensi internasional, tapi dari rumah tangga yang membangun budaya peduli sejak dini. Berikut ini beberapa pendekatan sederhana yang bisa dilakukan:

1. Bicara tentang Iklim sebagai Topik Keluarga

Tak perlu ilmiah. Cukup diskusi sederhana: mengapa cuaca makin panas, kenapa banjir makin sering, mengapa penting hemat listrik atau air. Anak-anak perlu tahu bahwa tindakan mereka berdampak.

2. Menjadi Contoh Nyata, Bukan Sekadar Nasihat

Orang tua adalah panutan. Bila anak melihat orang tua mematikan lampu saat tak digunakan, membawa tas belanja sendiri, atau menanam pohon di halaman, itu akan jauh lebih kuat daripada sekadar teori.

3. Membuat Aturan Keluarga Peduli Lingkungan

Gunakan air secukupnya

Matikan listrik sebelum keluar rumah

Kurangi penggunaan plastik

Konsumsi makanan secukupnya, jangan buang-buang

4. Libatkan Anak dalam Aksi Lingkungan

Ajak mereka memilah sampah, ikut membersihkan lingkungan sekitar, atau menanam tanaman di pekarangan. Jangan tunggu mereka dewasa untuk sadar.

Dari Keluarga Menuju Lingkungan Lebih Besar

Saat satu keluarga berubah, lingkungan di sekitarnya akan merasakan. Kita bisa berbagi ide dengan tetangga, ikut kampanye lingkungan komunitas, atau bahkan mendorong kebijakan sekolah anak agar lebih ramah lingkungan.

Perubahan iklim terlalu besar jika ditanggung sendiri, tapi terlalu penting jika terus diabaikan.


Kesadaran Iklim Dimulai dari Rumah: Mengapa Kita Tak Bisa Lagi Menunggu Bencana Kesadaran Iklim Dimulai dari Rumah: Mengapa Kita Tak Bisa Lagi Menunggu Bencana Reviewed by Admin Brinovmarinav on 09.49 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.