<!-- SEO Blogger Start --> <meta content='text/html; charset=UTF-8' http-equiv='Content-Type'/> <meta content='blogger' name='generator'/> <link href='https://www.makkellar.com/favicon.ico' rel='icon' type='image/x-icon'/> <link href='https://www.makkellar.com/2025/11/perbedaan-amoral-dan-immoral-makna.html' rel='canonical'/> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - Atom" href="https://www.makkellar.com/feeds/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/rss+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - RSS" href="https://www.makkellar.com/feeds/posts/default?alt=rss" /> <link rel="service.post" type="application/atom+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - Atom" href="https://www.blogger.com/feeds/2646944499045113697/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera - Atom" href="https://www.makkellar.com/feeds/7666251259066741889/comments/default" /> <!--Can't find substitution for tag [blog.ieCssRetrofitLinks]--> <link href='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPhWd2l21HeP22Kdk_Mf0jMyTwfEScaYHhwv6u6nzb2Ow9IKV8EGufjmbacyJsEPK7SuvuqNyva87zrk74VdqR5EiPWfqp5V1xzgOZ4EdX0Od1npYvmB-_5nfjM2uVs4FW8b4LXTZ634OOE6vmbTDnGdibk8qM4P_Cv_OQ7UeMJJL8kKBvhI2wu0YJWDY/w249-h216/Jangan%20Salah%20Mengartikan%20Amoral.jpg' rel='image_src'/> <meta content='Artikel ini membahas secara mendalam perbedaan moral, immoral, amoral termasuk bagaimana etika kontemporer melihat fenomena amoralitas dan immoralitas' name='description'/> <meta content='https://www.makkellar.com/2025/11/perbedaan-amoral-dan-immoral-makna.html' property='og:url'/> <meta content='Perbedaan Amoral dan Immoral: Makna, Contoh, dan Penjelasan Menurut Etika Kontemporer' property='og:title'/> <meta content='Artikel ini membahas secara mendalam perbedaan moral, immoral, amoral termasuk bagaimana etika kontemporer melihat fenomena amoralitas dan immoralitas' property='og:description'/> <meta content='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPhWd2l21HeP22Kdk_Mf0jMyTwfEScaYHhwv6u6nzb2Ow9IKV8EGufjmbacyJsEPK7SuvuqNyva87zrk74VdqR5EiPWfqp5V1xzgOZ4EdX0Od1npYvmB-_5nfjM2uVs4FW8b4LXTZ634OOE6vmbTDnGdibk8qM4P_Cv_OQ7UeMJJL8kKBvhI2wu0YJWDY/w1200-h630-p-k-no-nu/Jangan%20Salah%20Mengartikan%20Amoral.jpg' property='og:image'/> <!-- Title --> <title> Bukan makelar tapi Menjadi peranta untuk kebaikan bersama Perbedaan Amoral dan Immoral: Makna, Contoh, dan Penjelasan Menurut Etika Kontemporer - Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera Perbedaan Amoral dan Immoral: Makna, Contoh, dan Penjelasan Menurut Etika Kontemporer - Menjadi Perantara Menuju Jalan Sejahtera

Perbedaan Amoral dan Immoral: Makna, Contoh, dan Penjelasan Menurut Etika Kontemporer


Istilah amoral dan immoral sering digunakan secara bergantian, seolah keduanya berarti “tidak bermoral”. Padahal, dalam etika modern, keduanya memiliki makna yang sangat berbeda. Banyak kesalahpahaman muncul karena kata dasar yang sama—moral—dan cara telinga kita menangkap bunyinya yang mirip. Artikel ini membahas secara mendalam perbedaan keduanya, termasuk bagaimana etika kontemporer melihat fenomena amoralitas dan immoralitas dalam kehidupan sehari-hari.

a. Apa Itu Moral?

Moral adalah seperangkat nilai, prinsip, dan aturan yang membimbing manusia untuk menentukan benar–salah atau baik–buruk dalam tindakan. Moral berkaitan dengan sadar atau tidaknya seseorang dalam membuat penilaian etis.

Dari konsep dasar inilah istilah amoral dan immoral muncul. Keduanya sama-sama berkaitan dengan moralitas, tetapi dalam cara yang sangat berbeda.

1. Pengertian Amoral: Netral, Tidak Berhubungan Dengan Moral

Secara etimologis, amoral berasal dari prefiks Latin “a-” yang berarti “tanpa” atau “di luar”. Amoral berarti berada di luar pertimbangan moral, atau tidak melibatkan keputusan etis sama sekali.

Dalam etika kontemporer, fenomena amoral sering muncul dalam dua konteks: a. Amoral sebagai Ketidakmampuan Menilai Moral

Beberapa tindakan atau pelaku dianggap amoral bukan karena jahat, tetapi karena belum mampu atau tidak relevan untuk dinilai secara moral.

Contoh:

Seorang bayi yang berebut mainan: amoral, bukan immoral.

Hewan yang berburu mangsa: amoral.

Bencana alam seperti gempa atau banjir: amoral, karena tidak memiliki kehendak moral.

Dalam etika modern, kategori ini disebut moral agency, yaitu kemampuan untuk bertindak dengan kesadaran moral. Jika agen moralnya belum ada, maka tindakan tersebut tidak bisa dikatakan immoral — tetapi amoral.

b. Amoral sebagai Sikap Tidak Peduli Moral

Di dunia kontemporer, istilah amoral kadang dipakai untuk menggambarkan sikap indiferent, yaitu ketidakpedulian terhadap persoalan baik atau buruk.

Contoh:

Teknologi kecerdasan buatan yang netral, tergantung bagaimana manusia menggunakannya.

Sistem ekonomi yang hanya mengejar keuntungan tanpa memikirkan dampak etis.

Orang yang mengakui aturan moral tetapi bersikap dingin atau netral terhadapnya.

Di sini amoral bukan berarti jahat, tetapi moralitas tidak dijadikan ukuran.

Kesimpulan penting

Amoral ≠ tidak bermoral.

Amoral berarti berada di luar ranah moral — netral.

2. Pengertian Immoral: Perilaku yang Melanggar Moral

Immoral berasal dari prefiks “im-” yang berarti “bertentangan”. Dalam etika, immoral berarti tindakan yang jelas melanggar nilai moral yang berlaku.

Tindakan immoral memiliki ciri:

dilakukan secara sadar

pelaku tahu itu salah

ada unsur kesengajaan atau pengabaian nilai moral

Contoh:

Menipu orang dengan niat buruk.

Korupsi dan penyalahgunaan wewenang.

Menyakiti orang lain demi keuntungan pribadi.

Dalam etika kontemporer, tindakan immoral berada dalam ranah moral wrongness, yaitu tindakan yang dianggap keliru secara universal atau dalam suatu komunitas.

3. Perbedaan Amoral dan Immoral Menurut Etika Kontemporer

Etika kontemporer menekankan pentingnya niat, kesadaran, dan agensi moral dalam menilai tindakan. Etika kontemporer menegaskan bahwa amoralitas bukanlah kejahatan, sedangkan immoralitas adalah pelanggaran moral.

4. Mengapa Banyak Orang Salah Memahami Amoral?

Ada beberapa penyebab:

1. Bahasa sehari-hari yang mencampuradukkan istilah

Di percakapan umum, orang sering mengatakan: 

“Dia itu amoral.” Padahal maksudnya: “Dia melakukan tindakan immoral.”

Kesalahan ini terjadi karena prefiks “a-” dianggap mirip dengan awalan “tidak”.

2. Pengaruh media dan budaya populer

Dalam film atau berita, istilah amoral sering dipakai untuk menggambarkan penjahat, padahal istilah etis yang tepat adalah immoral.

3. Keterbatasan pemahaman etika

Etika kontemporer mengenal layer-layer dalam penilaian moral, khususnya mengenai agensi moral, tetapi konsep ini belum populer di masyarakat umum.

5. Menghubungkan Amoral dan Immoral dengan Kehidupan Modern

a. Teknologi dan Amoralitas

Banyak teknologi — media sosial, AI, algoritma — bersifat amoral, karena mereka netral. Yang memutuskannya menjadi moral atau immoral adalah manusia.

b. Politik dan Immoralitas

Fenomena korupsi, penyalahgunaan jabatan, atau manipulasi publik adalah contoh jelas tindakan immoral, bukan amoral.

c. Etika kerja, bisnis, dan tanggung jawab sosial

Perusahaan yang mengabaikan dampak sosial bisa disebut amoral (tidak memasukkan etika dalam pertimbangan), tetapi jika merugikan publik secara sadar, barulah masuk kategori immoral.

Kesimpulan: Saatnya Menggunakan Kedua Istilah Dengan Lebih Tepat

Memahami perbedaan amoral dan immoral bukan hanya soal ketepatan bahasa, tetapi juga soal kepekaan etis.

Dalam etika kontemporer, makna keduanya sangat berbeda:

Amoral: netral, tidak mempertimbangkan moral.

Immoral: melanggar moral, salah secara etis.

Kesalahpahaman selama ini membuat kedua istilah itu dianggap sama, padahal perbedaan keduanya membantu kita menilai tindakan manusia dengan lebih jernih dan tidak gegabah.

Perbedaan Amoral dan Immoral: Makna, Contoh, dan Penjelasan Menurut Etika Kontemporer Perbedaan Amoral dan Immoral: Makna, Contoh, dan Penjelasan Menurut Etika Kontemporer Reviewed by Admin Brinovmarinav on 15.04 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.